Beginning..

Prologue

Kita akan terpana bila kita bisa melihat bahwa kekristenan
Begitu luas dan begitu dalam..
Sama seperti lautan.

Kenapa g berkata seperti ini..

Oke mari coba kita tengok sejenak tentang perjalanan hidup g.. 🙂

Sudah beberapa lama semenjak g merasa kalo ratusan kata di buku renungan harian sudah tak mampu menjelaskan apa-apa lagi.
Sudah beberapa lama semenjak g merasa kalo terkadang kotbah-kotbah yang g dengar terkesan agak dangkal bahkan untuk ditarik sarinya.
Dan kadang membaca alkitab pun menjadi menjemukan.

Selama itu hati nurani g bagai mencari sesuatu untuk diisikan kedalamnya.
Sesuatu yang bisa memuaskan kekosongan dalam alur-alur daya pikir g.
Sesuatu yang besar dan murni..

Tentunya butuh usaha daripada sekedar berharap.
Yang membuat usaha g dalam mencari sesuatu itu pun dimulai….

Tapi tak ada yang dapat benar-benar menjawab.
Entah apa karena usaha g yang tidak maksimal.
Namun seakan tiada akses menuju ke tempat tersebut
Tiada yang menuntun dan tiada yang membina….

Jehovah Jireh

Mungkin bisa disebut dengan kasih karunia Tuhan.
Belum lama semenjak Tuhan menempatkan seorang pembina di bidang kerohanian g.

Melalui pembinaannya g belajar banyak hal
Mengenal banyak hal
Mengerti banyak hal

Boleh dikatakan mungkin inilah sesuatu yang selama ini g cari.
Yaitu pencarian akan makna kekristenan yang begitu dalam dan luas.

Tentunya masih terlalu cepat bila g dikatakan sudah mengerti
Masih terlalu dini bila dikatakan sesuatu yang g cari itu sudah terisi

Yang baru g dapatkan sekarang hanyalah sebuah peta besar mengenai kekristenan
Apakah g sudah berkunjung pada tiap bagiannya?
Tentu saja belum…

G sadar butuh waktu, komitmen dan energi seumur hidup untuk bisa benar-benar memaknainya.

Butuh lebih dari sekedar buku renungan harian
Butuh lebih dari sekedar kotbah pembicara mingguan
Butuh lebih dari sekedar doa rutinitas

Namun…
Dibutuhkan pergumulan dan perenungan akan Firman
Dibutuhkan Roh yang benar-benar haus dan lapar
Dibutuhkan kebulatan tekad yang tak tergoyahkan

Flashback

Bila sekarang g bisa melihat luasnya kekristenan
Terkadang g merasa lucu dengan diri g yang dulu

Sering kali g menganggap diri g sebagai seseorang yang dewasa rohani….
Melihat lebih dari 10 tahun perjalanan kerohanian g
Melihat lebih dari 5 tahun pelayanan g
Melihat posisi kepemimpinan g
G tergiur untuk mengelompokkan diri g sebagai seorang yang dewasa rohani.

Iya dewasa. tapi menurut ukuran siapa
Menurut standar apa g memastikan diri g dewasa
Bagaimana g bisa disebut dewasa tapi g cuma mengkonsumsi bubur-bubur rohani tanpa pernah mengecap makanan berat..
Bagaimana g bisa disebut dewasa bila ketika ditanyakan “apakah firman itu?” g hanya memberikan jawaban-jawaban yang klise dan dangkal

Dulu g seperti seorang anak yang bermain di laut dangkal dan berkata: “G sudah menguasai seluruh lautan ini.”

Tapi sudahlah, yang terpenting sekarang g sudah bisa melihat betapa luasnya lautan itu..

Summarize

Beberapa hal yang bisa g simpulkan adalah
Bila kekristenan begitu luas dan jangan pernah meremehkannya
Ujilah diri kita untuk melihat sejauh mana kita bisa menyelami kekristenan
Teruslah haus untuk menggali firman dan tidak berhenti pada apa yang ditawarkan ke diri kita.
Tapi terus proaktif dalam mencari kebenaran
Teruslah rendah hati dan jangan pernah mengatakan “sudah cukup”.

G cuma bisa berdoa sekarang..
Semoga g tak hidup tanpa mengenal
Semoga g tak mati tanpa mengerti
Namun semoga g bisa menikmati kedalaman rohani bersama Tuhan

Butuh waktu seumur hidup untuk itu..
Namun semoga g bisa tetap bertahan selama itu 🙂

“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan..”
~Efesus 5 : 17~

Ur friend…

Setiady